Kamis, 27 Oktober 2011

Kepergianmu

Air matamu mengiris hatiku halus
          kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
          terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
          nafasmu yang mengalir dalam nafasku

               Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
          terasa getaran menyatu diujung jari-jari
          tak kuasa menahan gejolak kasih
          limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

              Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
         telah terpatri janji pada kedalaman nurani
        akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
        meski kekuatan malam hendak meragas


Kepada seorang Ayah yang berbahagia

                     Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
               saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
               kepada buah hatimu
               Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
               hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

                     Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
                seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
                coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
                kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
                merasuki tulang-tulang tuamu.

                     Adakah aku akan melihat orang tuaku
                sebahagia lantunan nyanyian hatimu
                yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
                aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
                yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
                aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
                yang tak sanggup menahan keharuan
                menuntut jalan keluar,
                 mungkin hendak berteman dengan air matamu